Islam Rahmatan Lil Alamin sebagai Substansi Dasar Dakwah Masa Kini

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Pusat Studi Pesantren dan Pendidikan (PUSPPA) menyelenggarakan Workshop Nasional bertajuk “Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Pengabdian Masyarakat: Islam Rahmatan Lil Alamin” pada Rabu, 4 Agustus 2021. Workshop yang diadakan secara daring tersebut menghadirkan empat pembicara yang telah berkecimpung di dunia dakwah Islam yaitu Dr. Muhammad dari Ketua Dewan Masjid DIY, Tajul Muluk, M.Ag. dari Lembaga Dakwah NU DIY, Fathurrahman Kamal, M.Si dari PP Muhammadiyah dan Khoiro Ummatin, M.Ag dari UIN Sunan Kalijaga.


Dalam materi yang disampaikannya pada sesi pertama, Dr. Muhammad mengatakan bahwa dakwah merupakan suatu proses yang memiliki tujuan yaitu mengajak orang mengamalkan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai tujuan dakwah maka seorang da’I harus memiliki manajemen dakwah yang bagus. Manajemen dakwah secara umum meliputi perencanaan, penggerakan dan evaluasi. Hal lain yang penting dilakukan dalam berdakwah adalah pemahaman akan sasaran dakwahnya. Sasaran tersebut dapat diterjemahkan sebagai penyesuaian dengan nilai-nilai dan budaya dari target sasaran dakwah. Oleh karena itu, Dr. Muhammad menerapkan dakwah dengan Bahasa Jawa yang juga ia tulis di dalam banyak bukunya. Selain itu, dakwah juga dapat dilakukan dengan ekonomi syariah yang diharapkan dapat mengangkat taraf hidup masyarakat muslim.


Di sesi kedua, Tajul Muluk, M.Ag menyampaikan materi terkait dakwah ala Rasulullah Muhammad SAW. Terdapat 4 metode dakwah Nabi Muhammad yaitu (i) edukatif-apresiatif, (ii) tutorial-praksis, (iii) komunikasi efektif dan (iv) pendekatan emosional. Dakwah ala Nabi Muhammad tidak mengedepankan ceramah lisan semata namun lebih daripada itu. Nabi Muhammad berdakwah dengan memberi contoh bagaimana berperilaku baik, menganjurkan umat Islam bekerja keras, mengutamakan kekeluargaan, berinteraksi positif dengan kelompok sasaran dakwah, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, bertutur kata lembut dan menyesuaikan dengan kapasitas audiens. Esensi dakwah tersebut yang kemudian diadopsi oleh para wali dan penerusnya dalam menerapkan dakwah Islam Nusantara. Dakwah Islam Nusantara berpegang pada prinsip “merasuk tanpa menusuk, mengubah tanpa marah”. Artinya bahwa Islam tidak harus dibenturkan dengan nilai-nilai budaya nusantara apabila memang tidak bertentangan dengan tauhid. Wali Sanga adalah para da’i yang terbukti mampu memasukkan nilai-nilai Islam secara halus ke dalam perilaku sehari-hari masyarakat Nusantara pada umumnya dan masyarakat Jawa khususnya.


Sementara itu, dakwah yang diterapkan oleh Muhammadiyah adalah amar makruf nahi munkar (mengajak kebaikan, mencegah kemunkaran). Amar makruf nahi munkar tersebut diperlukan untuk mencapai tujuan utama yaitu tauhid. Dalam sesi ketiga workshop, Fathurrahman Kamal, M.Si menjelaskan konsep Dakwah Berkemajuan yang menjadi salah satu gerakan Muhammadiyah. Terdapat 5 pilar Islam Berkemajuan yaitu Tauhid, berpegang teguh pada Al Quran dan Sunnah, non politik praktis, washatiyah (tengahan) dan tajdid (purifikasi dan dinamisasi).Oleh karena itu, dakwah Muhammadiyah berarti menjadikan semua kegiatan sebagai aktivitas dakwah bagi pewujudan proses humanisasi, liberasi dan transendensi yang berbasis pada Islam sebagaimana diyakini Muhammadiyah/Aisyiyah, guna merealisasikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin.


Konsep Dakwah Islamiyah seharusnya menggunakan prinsip “Islam ramah, bukan Islam marah”, demikian disampaikan Khoiro Ummatin, M.Ag. Dakwah Islamiyah yang ramah tersebut didasarkan pada Q.S An Nahl 125 yang berbunyi, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” Alih-alih mengkafirkan pihak lain atau menghakimi umat sebagai pendosa, alangkah baiknya apabila dakwah Islamiyah memuat substansi-substansi positif seperti: kehebatan dan kesempurnaan ajaran islam (kaffah), perbedaan dan kesamaan adalah sunnatullah, kedamaian dalam tatanan sosial-budaya-politik, pentingnya saling tolong menolong, perbaikan kualitas umat Islam dan bagaimana mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.


Pemahaman mendalam mengenai konsep dakwah Islam Rahmatan Lil Alamin tersebut diharapkan dapat menjadi pegangan para da’i dan peserta workshop khususnya yang akan menunjukkan wajah Islam yang ramah dan moderat. Sebagai luaran kegiatan ini adalah terwujudnya kumpulan ceramah dakwah dalam bentuk buku yang ditulis oleh para peserta workshop yang nantinya dapat dijadikan acuan oleh siapapun yang ingin berdakwah dengan mengedepankan keutamaan Islam sebagai rahmat sekalian alam.