Strategi Jitu Menulis Artikel Lolos Jurnal Nasional Terakreditasi

Sabtu, 12 Desember 2020 merupakan sesi kedua program pendampingan penulisan artikel kolaborasi dosen dan mahasiswa, publikasi jurnal nasional oleh Prodi KPI, berkolaborasi dengan Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi Indonesia (APJIKI). Materi kali ini terkait dengan strategi jitu menulis artikel untuk lolos di jurnal nasional terakreditasi, disampaikan oleh Prof. Dr. Rajab Ritonga, M.Si., selaku Guru Besar Ilmu Komunikasi Institut Komunikasi dan Bisnis LondonSchool of Public Relations(LSPR).

Pentingnya penelitian jurnal selain sebagai syarat kelulusan untuk jenjang pendidikan S1, S2, dan S3, juga sebagai syarat menjadi seorang dosen profesional, sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dosen ialah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Di sisi lain, publikasi artikel jurnal juga berfungsi sebagai syarat kenaikan pangkat akademik. Untuk kategori asisten ahli, diwajibkan terpublikasi jurnal nasional sinta 3-sinta 6. Kategori lektor, diwajibkan terpublikasi jurnal nasional. Kategori lektor kepala/magister diwajibkan terpublikasi jurnal internasional. Kategori lektor kepala/doktordiwajibkan terpublikasi jurnal nasional terakreditasi. Dan kategori guru besar diwajibkan terpublikasi jurnal internasional bereputasi.

Makan dari itu, menurut Prof. Dr. Rajab Ritonga, M.Si., seorang peneliti harus memahami dan mengetahui indikator jurnal yang baik dan memenuhi syarat mutlak untuk di-submitdan diakreditasi.

"Jadi agarpaperyang mau diterbitkan tidak salahsubmit, kita harus perhatikan apakah jurnal tempat kita akan menerbitkan artikel tersebut memenuhi kualifikasi atau tidak," paparnya.

Adapun indikator jurnal nasional yaitu memiliki bentukOpen Journal Systems(OJS).OJS adalah sebuahcontent management systemberbasis web, khusus dibuat untuk menangani keseluruhan proses manajemen publikasi ilmiah dari prosescall for paper, peer review, hingga penerbitan dalam bentuk online.

Selain itu juga memiliki E-ISSN danDigital Object Identifier(DOI). Penerbit jelas (kampus/asosiasi keilmuan). Editor,reviewer-nya, danautors-nya dari beberapa lembaga/kampus.Autor-nya lingkup nasional (tidak hanya di pulau Jawa misalnya, harus berbagai daerah). Jurnalnya terbit teratur dan berisi hasil penelitian, sekali terbit memuat minimal lima artikel. Berbahasa Indonesia atau PBB. Dan terindeks Sinta, ISJD, Portal Garuda, Google Scholar.

"Jadi prinsip mencari jurnal yang baik seperti mencari jodoh, memperhatikan bibit, bebet, dan bobot sesuai indeks yang tadi," jelasnya.

Disarankan juga memeriksaaim and scope-nya harus sesuai denganpaperyang ditulis. "Misalnya bidang ilmu komunikasi, menerbitkan di jurnal sosiologi, maka lihat dulu di sana ada bidang komunikasinya atau tidak, atau jangan-jangan diterbitkan di jurnal sosiologi," kata Prof. Dr. Rajab Ritonga, M.Si., menegaskan.

Kemudian periksaindexing, sinta atau non-sinta. Periksa penerbit jurnal dari asosiasi keilmuan atau universitas terkemuka. Dan hati-hati terhadappredatory journal, menurut Prof. Dr. Rajab Ritonga, M.Si., di Indonesia sudah mulai terlihat gejalanya. Kriteriapredatory journalyaitu artikel terbit tanpa prosesreview,paperterbit meski tidak sesuaiaim and scope,bahasa yang digunakan amburadul tidak disunting.

Sebelum itu, seorang peneliti juga harus mengetahui kriteriapaperyang baik dan layak terbit. Tentunya harusoriginalkarya sendiri, berasal dari suatu penelitian bukan laporan pengabdian masyarakat. Ada kebaruan (novelty). Sesuai dengan kaidah ilmiah yaitu ada teori, metode, pembahasan, kesimpulan, referensi. Untaian kata dan kalimat menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai PUEBI. Sesuai denganaim and scopedan selingkung jurnal yaitu formatnya, jumlah penulis, panjang halaman, dan lainnya. Uraian jelas, menarik, mudah dipahami,dilengkapi tabel dan gambar.

"Persoalannya tidak hanya pada substansi, tapi juga teknis harus diperhatikan. Cara penulisan, margin kiri kanan, pencantuman tabel dan resolusinya, apakah pecah atau tidak," paparnya.

Seorang peneliti juga harus mematuhi kode etika publikasi. Misalnya judul harus sesuaiauthor guidelinesjurnal sasaran, maksimal 14 kata, mencerminkan persoalan penelitian, dan berbentuk frasa efektif yaitu singkat padat dan jelas. Perhatikan jugaabstaractsekitar 100-200 kata.

"Abstraksi harus sesuai. Saya pernah buat lebih dari satu kata, itu dikembalikan lagipaper-nya. Jadi kita harus taat aturan," kata Prof. Dr. Rajab Ritonga, M.Si.

Sebagai seorang,reviewerdan juga editor jurnal. Prof. Dr. Rajab Ritonga, M.Si., memberikan sedikit trik cara kerja editor dalam memeriksapaperjurnal, agarpaperyang akan di-submitdapat lolos dengan mudah dan tidak ditolak penerbit.

"Cara kerja editor itu. Baca judul, jadi judul harus semenarik mungkin, kalau judul terlihat biasa-biasa saja, itu langsung ditolak. Kemudian diperiksaabstract-nya. Kata kunci. Daftar referensi."

Satu pesan dari Prof. Dr. Rajab Ritonga, M.Si., bahwa jangan pernah men-submitpaperyang sama ke dalam dua jurnal yang berbeda. Pastikan terlebih dahulupaperpertama ditarik, baru kemudian men-submitke tempat lain.