Prodi KPI Targetkan Unggul Pada 2025
Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menargetkan akreditasi unggul pada tahun 2025. Berbagai syarat administratif harus dilengkapi agar target tersebut dapat tercapai.
Ketua Prodi KPI UIN Sunan Kalijaga Saptoni, optimis syarat untuk meraih akreditasi unggul dapat diselesaikan pada bulan November 2024. Setelah itu berkas akan diunggah ke pranala khusus yang disediakan oleh Badan Akreditasi Nasional - Perguruan Tinggi (BAN-PT).
"Kami sudah merampungkan IPEPA (Instrumen Pemantauan dan Evaluasi Peringkat Akreditasi), sekarang tinggal menyelesaikan ISK (Instrumen Suplemen Konversi). Untuk mendapatkan unggul pada 2025, kita harus unggah seluruh berkas maksimal 31 Desember 2024," ujarnya saat mengikuti Workshop Reakreditasi BAN-PT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang diselenggarakan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), Jumat-Minggu (15-17/11/2024) di Platinum Hotel Yogyakarta.
Selama ini, lanjut Saptoni, Prodi KPI sudah mengantongi akreditasi A dari BAN-PT. Predikat tersebut berlaku hingga pertengahan tahun 2025 mendatang. Pihaknya berharap peningkatan status akreditasi dari A menjadi Unggul dapat berdampak baik bagi civitas akademika KPI.
Sementara itu, di forum yang sama, Dewan Eksekutif BAN-PT Agus S. Muntohar menegaskan adanya aturan baru ihwal akreditasi di perguruan tinggi sesuai dengan Permenristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan. Dalam surat negara tersebut, profesor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu menjabarkan adanya sistem baru dalam proses akreditasi.
"prodi yang sudah memiliki akreditasi saat ini tidak perlu lagi melakukan reakresitasi. Sekarang istilahnya BAN-PT hanya melakukan pemantauan. Jika lolos pemantauan maka prodi tersebut statusnya tetap terakreditasi. Untuk lolos pemantauan prodi harus menyiapkan IPEPA. Jika prodi ingin meningkat menjadi unggul, maka selain IPEPA, prodi juga harus mengumpulkan ISK," tandasnya.
Prodi KPI sendiri, kata Agus, sudah lolos IPEPA. Soal ISK, dia menyerahkan kembali ke prodi masing-masing. "Apakah mau unggul atau tidak itu pilihan masing-masing," pungkasnya.