Proses Regenerasi Warga Mrincingan pada Masa Pandemi

Terhitung hampir satu tahun sejak virus Covid-19 merambah ke wilayah Indonesia. Semakin hari semakin meningkat jumlah kasus positif seiring dengan meluasnya tes yang dilakukan oleh pemerintah terhadap berbagai lapisan masyarakat. Proses penyuntikan vaksin pun mulai digencarkan. Diawali dengan penyuntikan vaksin kepada pejabat negara dan tenaga kesehatan, kemudian nantinya akan meluas kepada masyarakat dengan harapan vaksin tersebut dapat membuat tubuh kebal dengan virus Covid-19. Namun adanya penyuntikan vaksin tidak lantas membuat tubuh serta merta terhindari dari terkena virus. Masyarakat harus tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat. Dengan program pemerintah 5M yaitu Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menghindari kerumunan, dan Membatasi mobilitas, diharapkan dapat semakin menekan laju kenaikan kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Mengawali tahun 2021 lalu, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali di wilayah Jawa dan Bali mengingat kelonjakan kasus positif yang semakin menjadi-jadi di kedua wilayah tersebut. Pada tanggal 11-25 Januari 2021 mulai dilaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menggantikan PSBB yang sudah lebih dahulu dilaksanakan di pertengahan tahun 2020. Pemberlakuan PPKM selama dua pekan ini diharapkan dapat menekan laju kenaikan kasus positif Covid-19 di wilayah Jawa dan Bali.

Nun jauh di pelosok Pulau Jawa, tepatnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, ada sebuah dusun mungil yang hangat akan kekeluargaannya, yaitu Dusun Mrincingan, Margomulyo, Seyegan, Sleman. Dusun Mrincingan ini terletak di ujung utara Kapanewon atau Kecamatan Seyegan yang juga termasuk ke wilayah Kabupaten Sleman bagian barat. Letaknya pun tidak begitu jauh dari pusat Kota Yogyakarta, cukup dengan setengah jam perjalanan mengendarai motor dan sekitar 40 menit menggunakan mobil. Terkait akses transportasinya pun tidak begitu sulit karena semakin merebaknya ojek online yang bisa dipesan kapan saja dan di mana saja. Cukup dengan perjalanan 15 menit dari Terminal Jombor sudah bisa menikmati syahdunya suasana pedesaan di Dusun Mrincingan.

Memasuki Dusun Mrincingan ini akan disuguhi pemandangan sawah di sepanjang perjalanan pun jika beruntung saat cuaca sedang cerah, gagahnya Gunung Merapi akan terlihat jelas menjulang tinggi. Pohon-pohon masih banyak tumbuh di tepi jalan sehingga membuat hawa terasa sejuk ketika menjelajahi setiap sudut Dusun Mrincingan. Mayoritas penduduk dusun ini mata pencahariannya sebagai petani dan guru. Dusun yang terdiri dari 164 kepala keluarga ini mempunyai satu bangunan sekolah berupa SD Muhammadiyah Gendol V dan satu masjid berukuran lumayan besar yang dinamakan Masjid Al Kautsar Mrincingan.

Masa pandemi tidak lantas membuat semangat warga Mrincingan surut dalam melaksanakan ibadah di masjid. Masyarakat tetap berbondong-bondong menghadiri sholat berjamaah di masjid dengan mematuhi protokol kesehatan agar terhindar dari virus Covid-19.Selain itu, kegiatan kemasyarakatan yang berhubungan dengan masjid tetap berjalan seperti biasanya setelah vakum selama beberapa bulan semenjak bulan Maret 2020 hingga Juli 2020. Tentu saja kegiatan kemasyarakatan tersebut seperti pengajian dan kegiatan pembelajaran TPA dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat dan khusus internal warga Mrincingan saja.

Selama masa pandemi, kegiatan pembelajaran TPA baru dimulai pada bulan Juli 2020 dengan masa uji coba dua pekan dan diadakan sosialisasi pembelajaran kepada wali santri agar bisa mengondisikan anak-anaknya dalam mengikuti pembelajaran TPA. Kemudian setelah dirasa santri-santri dan wali santri TPA dapat menyesuaikan diri, barulah ditetapkan pembelajaran TPA selama masa pandemi dengan protokol kesehatan ketat. Pada awalnya dari pihak kepengurusan TPA sempat mengabaikan keinginan santri-santri untuk bisa kembali melaksanakan kegiatan TPA karena alasan masa pandemi masih belum usai. Bahkan waktu itu sempat terjadi kelonjakan kasus positif yang cukup signifikan di Yogyakarta. Namun setelah pertimbangan matang lebih lanjut, mengingat betapa semangatnya anak-anak Dusun Mrincingan dalam menimba ilmu di masjid, akhirnya terlaksana kembali kegiatan TPA tersebut dengan catatan harus dengan protokol kesehatan ketat.

Kegiatan TPA di Masjid Al Kautsar ini dilaksanakan tiga hari dalam satu pekan, yaitu pada hari Jumat, Sabtu, dan Ahad sore. Jika sebelum adanya pandemi kegiatan TPA dimulai dari pukul 15.30 WIB hingga 17.30 WIB, maka pada saat masa pandemi waktunya semakin dipersingkat menjadi pukul 16.00 – 17.00 WIB. Pada saat proses pembelajarannya pun selalu memperhatikan jarak antar santri dengan santri lainnya, ustadzah dengan ustadzah lainnya. Sebelum masuk ke serambi masjid, diharuskan mencuci tangan atau menggunakanhand sanitizerterlebih dahulu. Setiap santri maupun ustadz-ustadzahnya diwajibkan memakai masker danface shieldyang merupakan fasilitas gratis dari TPA dan meminimalisir adanya kontak fisik antara santri dengan santri lainnya maupun dengan ustadz-ustadzah.

Kegiatan pembelajarannya pun sebisa mungkin tidak menyebabkan kerumunan. Hanya setor bacaan lalu disimak setelah itu pulang. Dalam proses santri menyetor bacaannya dan disimak oleh ustadz atau ustadzah itupun dibatasi oleh meja sehingga tidak berhadapan secara langsung dan tetap mempertimbangkan protokol kesehatan. Ternyata sistem yang seperti ini membuat para wali santri senang karena anaknya tidak memintasanguuntuk jajan. Pedagang jajanan setiap sore memang masih tetap mangkal di pelataran masjid, tetapi pembelinya tidak lagi sebanyak saat hari biasanya karena santri seringnya sudah pulang lebih dulu dan pedagang jajanan itu baru datang.

Tidak hanya TPA Al Kautsar saja, ternyata remaja masjidnya yang disebut dengan Persatuan Remaja Islam Masjid Al Kautsar (PRISMA) juga kembali bangkit dan mengadakan kajian khusus remaja setiap hari Sabtu malam atau malam Ahad selepas jamaah sholat Maghrib hingga sebelum Isya. Diawali dengan sholat Maghrib berjamaah dan diakhiri dengan sholat Isya berjamaah. Kajian remaja dengan durasi waktu yang sebentar itu tetap diadakan dengan mempertimbangkan kenginan para remaja masjid yang tetap ingin mendapatkan ilmu meskipun di masa pandemi ini. Akhirnya takmir masjid yang menaungi organisasi remaja masjid pun memutar otak kemudian diadakanlah kajian ini yang pertama kali dilaksanakan pada awal Januari 2021.

Berbeda dengan kegiatan pembelajaran TPA yang dilaksanakan tiga hari dalam satu pekan, kajian remaja ini hanya dilaksanakan sekali dalam satu pekan yakni pada saat malam Ahad saja untuk meminimalisir remaja masjid keluar malam untuk nongkrong sampai larut, mengingat saat ini masih berada dalam masa pandemi. Kajian ini juga setiap pekannya diisi oleh pemateri yang berbeda pula sehingga remaja masjid tidak perlu bosan mendengarkan materi dari pemateri yang sama setiap pekannya.

Sistem kajiannya pun dibuat semenarik mungkin. Penyampaian materi oleh pemateri hanya sekitar 15 menit saja, selebihnya untuk sesi tanya-jawab untuk melatih rasa percaya diri dalam berkomunikasi dan memunculkan suasana hangat dalam kegiatan diskusi. Dari sistem pembelajaran di kajian ini, remaja masjid diharapkan dapat mengasah kemampuan berpikirnya, melatih rasa percaya diri dalam berkomunikasi, belajar mengemukakan pendapat, dan menghargai pendapat orang lain yang mungkin saja tidak selaras dengan jalan pemikirannya.

Setiap 35 hari sekali akan ada makan besar untuk remaja masjid yang mengikuti kajian sebagai bentuk apresiasi dari takmir masjid karena telah konsisten menghadiri kajian dan ikut berpartisipasi di dalamnya. Remaja masjid di dusun ini begitu semangat dalam menghadiri majelis ilmu, terbukti dari jumlah remaja yang datang mengikuti kajian ini selalu bertambah setiap pekannya. Mulai dari rentang usia SMP hingga kuliah maupun kerja dipersilakan mengikuti kajian ini. Rata-rata kehadiran remaja masjid saat kajian mencapai 38 orang dari total keseluruhan sekitar 52 orang. 14 orang lainnya tidak memungkinkan hadir karena jadwal kerjanya yang bertabrakan dengan jadwal kajian maupun sedang ada tugas mendadak sehingga harus mengerjakan di rumahnya ataupun berkelompok dengan temannya.

Meskipun masa pandemi masih berlangsung hingga saat ini, tetapi pengurus takmir masjid maupun para orang tua tetap bisa bernapas lega karena proses regenerasi tetap berjalan. Masa pandemi tidak menyurutkan semangat anak-anak dan kaum muda dalam menimba ilmu, justru semakin banyak yang bisa ikut berpartisipasi. Pada masa pandemi ini, justru terjadi kenaikan partisipan dalam kegiatan TPA maupun kajian remaja masjid. Banyak santri TPA yang mendaftar dan dari kalangan remaja masjid pun tidak sedikit yang berwajah baru. Bisa dikatakan, masa pandemi tidak melulu berisi dengan keluhan dan kesedihan, pasti ada hal-hal positif dan baik yang bisa diambil di dalamnya. ***[Alvin Sofia Khoirunnisa]